TIK DALAM PEMBELAJARAN
TIK sangat
berperan dalam pembelajaran, karena TIK itu sangat membantu. Hari ni saya mau
berpendapat mengenai Peranan Teknologi Informasi dan Komunikasi bagi
Pembelajaran di Sekolah. Menurut saya peranan teknologi saat pembelajaran
sangat membantu, bagi murid maupun guru, kenapa begitu?
Karena setiap individu cara untuk lebih mudah mengerti pelajaran dengan
berbagai cara, dan pada umumnya belajar menggunakan teknologi informasi dan
komunikasi lebih memudahkan murid untuk mengerti pelajaran itu.
Perkembangan
teknologi informasi dan komunikasi (TIK) telah memberikan
pengaruh terhadap dunia pendidikan khususnya dalam proses pembelajaran.
Menurut Rosenberg (2001), dengan berkembangnya penggunaan TIK ada lima
pergeseran dalam proses pembelajaran yaitu:
1. dari pelatihan ke penampilan,
2. dari ruang kelas ke di mana dan kapan saja,
3. dari kertas ke “on line” atau saluran,
4. fasilitas fisik ke fasilitas jaringan kerja,
5. dari waktu siklus ke waktu nyata.
Komunikasi
sebagai media pendidikan dilakukan dengan menggunakan media-media komunikasi
seperti telepon, komputer, internet, e-mail, dsb. Interaksi antara guru dan
siswa tidak hanya dilakukan melalui hubungan tatap muka tetapi juga dilakukan
dengan menggunakan media-media tersebut. Guru dapat memberikan layanan tanpa
harus berhadapan langsung dengan siswa. Demikian pula siswa dapat memperoleh
informasi dalam lingkup yang luas dari berbagai sumber melalui cyber space atau
ruang maya dengan menggunakan komputer atau internet. Hal yang paling mutakhir
adalah berkembangnya apa yang disebut “cyber teaching” atau pengajaran maya,
yaitu proses pengajaran yang dilakukan dengan menggunakan internet. Istilah
lain yang makin poluper saat ini ialah e-
learning yaitu satu model pembelajaran dengan menggunakan media teknologi
komunikasi dan informasi khususnya internet. Menurut Rosenberg (2001; 28),
e-learning merupakan satu penggunaan teknologi internet dalam penyampaian
pembelajaran dalam jangkauan luas yang belandaskan tiga kriteria yaitu:
1. e-learning merupakan jaringan dengan kemampuan untuk memperbaharui,
menyimpan, mendistribusi dan membagi materi ajar atau informasi,
2. pengiriman sampai ke pengguna terakhir melalui komputer dengan
menggunakan teknologi internet yang standar,
3. memfokuskan pada pandangan yang paling luas tentang pembelajaran di
balik paradigma pembelajaran tradisional.
Saat ini e-learning telah berkembang dalam berbagai model pembelajaran yang
berbasis TIK seperti: CBT (Computer Based Training), CBI (Computer Based
Instruction), Distance Learning, Distance Education, CLE (Cybernetic Learning
Environment), Desktop Videoconferencing, ILS (Integrated Learning Syatem), LCC
(Learner-Cemterted Classroom), Teleconferencing, WBT (Web-Based Training), dsb.
Satu bentuk produk TIK adalah internet yang berkembang pesat di penghujung abad
20 dan di ambang abad 21. Kehadirannya telah memberikan dampak yang cukup besar
terhadap kehidupan umat manusia dalam berbagai aspek dan dimensi. Internet
merupakan salah satu instrumen dalam era globalisasi yang telah menjadikan
dunia ini menjadi transparan dan terhubungkan dengan sangat mudah dan cepat
tanpa mengenal batas-batas kewilayahan atau kebangsaan. Melalui internet setiap
orang dapat mengakses ke dunia global untuk memperoleh informasi dalam berbagai
bidang dan pada glirannya akan memberikan pengaruh dalam keseluruhan
perilakunya. Dalam kurun waktu yang amat cepat beberapa dasawarsa terakhir
telah terjadi revolusi internet di berbagai negara serta penggunaannya dalam
berbagai bidang kehidupan. Keberadaan internet pada masa kini sudah merupakan
satu kebutuhan pokok manusia modern dalam menghadapi berbagai tantangan
perkembangan global. Kondisi ini sudah tentu akan memberikan dampak terhadap
corak dan pola-pola kehidupan umat manusia secara keseluruhan. Dalam kaitan
ini, setiap orang atau bangsa yang ingin lestari dalam menghadapi tantangan
global, perlu meningkatkan kualitas dirinya untuk beradaptasi dengan tuntutan
yang berkembang. TIK telah mengubah wajah pembelajaran yang berbeda dengan
proses pembelajaran tradisional yang ditandai dengan interaksi tatap muka
antara guru dengan siswa baik di kelas maupun di luar kelas. Di masa-masa
mendatang, arus informasi akan makin meningkat melalui jaringan internet yang
bersifat global di seluruh dunia dan menuntut siapapun untuk beradaptasi dengan
kecenderungan itu kalau tidak mau ketinggalan
jaman. Dengan kondisi demikian maka pendidikan khususnya proses
pembelajaran cepat atau lambat tidak dapat terlepas dari keberadaan komputer
dan internet sebagai alat bantu utama. Majalah Asiaweek terbitan 20-27 Agustus
1999 telah menurunkan tulisan-tulisan dalam tema “Asia in the New Millenium”
yang memberikan gambaran berbagai kecenderungan perkembangan yang akan terjadi
di Asia dalam berbagai aspek seperti ekonomi, politik, agama, sosial, budaya,
kesehatan, pendidikan, dsb. termasuk di dalamnya pengaruh revolusi internet
dalam berbagai dimensi kehidupan. Salah satu tulisan yang berkenaan dengan
dunia pendidikan disampaikan oleh Robin Paul Ajjelo dengan judul “Rebooting:The
Mind Starts at School”. Dalam tulisan tersebut dikemukakan bahwa ruang kelas di
era millenium yang akan datang akan jauh berbeda dengan ruang kelas seperti
sekarang ini yaitu dalam bentuk seperti laboratorium komputer di mana tidak
terdapat lagi format anak duduk di bangku dan guru berada di depan kelas. Ruang
kelas di masa yang akan datang disebut sebagai “cyber classroom” atau “ruang
kelas maya” sebagai tempat anak-anak melakukan aktivitas pembelajaran secara
individual maupun kelompok dengan pola belajar yang disebut “interactive
learning” atau pembelajaran interaktif melalui komputer dan internet. Anak-anak
berhadapan dengan komputer dan melakukan aktivitas pembelajaran secara
interaktif melalui jaringan internet untuk memperoleh materi belajar dari
berbagai sumber belajar. Anak akan melakukan kegiatan belajar yang sesuai
dengan kondisi kemampuan individualnya sehingga anak yang lambat atau cepat
akan memperoleh pelayanan pembelajaran yang sesuai dengan dirinya. Kurikulum
dikembangkan sedemikian rupa dalam bentuk yang lebih kenyal atau lunak dan
fleksibel sesuai dengan kondisi lingkungan dan kondisi anak sehingga memberikan
peluang untuk terjadinya proses pembelajaran maju berkelanjutan baik dalam
dimensi waktu maupun ruang dan materi. Dalam situasi seperti ini, guru
bertindak sebagai fasilitator pembelajaran sesuai dengan peran-peran
sebagaimana dikemukakan di atas.
Hal itu menunjukkan bahwa segala kelengkapan anak sekolah di masa itu nanti
berupa perlengkapan yang bernuansa internet sebagai alat bantu belajar.
Meskipun teknologi informasi komunikasi dalam bentuk komputer dan internet
telah terbukti banyak menunjang proses pembelajaran anak secara lebih efektif
dan produktif, namun di sisi lain masih banyak kelemahan dan kekurangan. Dari
sisi kegairahan kadang-kadang anak-anak lebih bergairah dengan internetnya itu
sendiri dibandingkan dengan materi yang dipelajari. Dapat juga terjadi proses
pembelajaran yang terlalu bersifat individual sehingga mengurangi pembelajaran
yang bersifat sosial. Dari aspek informasi yang diperoleh, tidak terjamin
adanya ketepatan informasi dari internet sehingga sangat berbahaya kalau anak
kurang memiliki sikap kritis terhadap informasi yang diperoleh. Bagi anak-anak
sekolah
dasar penggunaan internet yang kurang proporsional dapat mengabaikan
peningkatan kemampuan yang bersifat manual seperti menulis tangan,
menggambar, berhitung, dsb. Dalam hubungan ini guru perlu memiliki
kemampuan dalam mengelola kegiatan pembelajaran secara proporsional dan
demikian pula perlunya kerjasama yang baik dengan orang tua untuk
membimbing anak-anak belajar di rumah masing-masing. Pergeseran pandangan
tentang pembelajaran Untuk dapat memanfaatkan TIK dalam memperbaiki mutu
pembelajaran, ada tiga hal yang harus diwujudkan yaitu:
1. siswa dan guru harus memiliki akses kepada teknologi digital dan internet
dalam kelas, sekolah, dan lembaga pendidikan guru,
2. harus tersedia materi yang berkualitas, bermakna, dan dukungan kultural
bagi siswa dan guru, dan
3. guru harus memilikio pengetahuan dan ketrampilan dalam menggunakan
alat-alat dan sumber-sumber digital untuk membantu siswa agar
mencaqpai standar akademik.
Sejalan dengan pesatnya perkembangan TIK, maka telah terjadi pergeseran
pandangan tentang pembelajaran baik di kelas maupun di luar kelas. Dalam
pandangan tradisional di masa lalu (dan masih ada pada masa sekarang),
proses pembelajaran dipandang sebagai:
1. sesuatu yang sulit dan berat,
2. upaya mengisi kekurangan siswa,
3. satu proses transfer dan penerimaan informasi,
4. proses individual atau soliter,
5. kegiatan yang dilakukan dengan menjabarkan materi pelajaran kepada
satuan-satuan kecil dan terisolasi,
6. suatu proses linear.
Sejalan dengan perkembangan TIK telah terjadi perubahan pandangan
mengenai pembelajaran yaitu pembelajaran sebagai:
1. proses alami,
2. proses sosial,
3. proses aktif dan pasif,
4. proses linear dan atau tidak linear,
5. proses yang berlangsung integratif dan kontekstual,
6. aktivitas yang berbasis pada model kekuatan, kecakapan, minat, dan
kulktur siswa,
7. aktivitas yang dinilai berdasarkan pemenuhan tugas, perolehan hasil, dan
pemecahan masalah nyata baik individual maupun kelompok.
Hal itu telah menguban peran guru dan siswa dalam pembelajaran. Peran guru
telah berubah dari:
1. sebagai penyampai pengetahuan, sumber utama informasi, akhli materi,
dan sumber segala jawaban, menjadi sebagai fasilitator pembelajaran,
pelatih, kolaborator, navigator pengetahuan, dan mitra belajar;
2. dari mengendalikan dan mengarahkan semua aspek pembelajaran,
menjadi lebih banyak memberikan lebih banyak alternatif dan tanggung
jawab kepada setiap siswa dalam proses pembelajaran.
Sementara itu peran siswa dalam pembelajaran telah mengalami perubahan
yaitu:
1. dari penerima informasi yang pasif menjadi partisipan aktif dalam proses
pembelajaran,
2. dari mengungkapkan kembali pengetahuan menjadi menghasilkan dan
berbagai pengetahuan,
3. dari pembelajaran sebagai aktiivitas individual (soliter) menjadi
pembelajaran berkolaboratif dengan siswa lain.
Kreativitas dan kemandirian belajar
Dengan memperhatikan pengalaman beberapa negara sebagaimana
dikemukakan di atas, jelas sekali TIK mempunyai pengaruh yang cukup berarti
terhadap proses dan hasil pembelajaran baik di kelas maupun di luar kelas. TIK
telah memungkinkan terjadinya individuasi, akselerasi, pengayaan, perluasan,
efektivitas dan produktivitas pembelajaran yang pada gilirannya akan
meningkatkan kualitas pendidikan sebagai infrastruktur pengembangan sumber daya
manusia secara keseluruhan. Melalui penggunaan TIK setiap siswa akan terangsang
untuk belajar maju berkelanjutan sesuai dengan potensi dan kecakapan yang
dimilikinya. Pembelajaran dengan menggunakan TIK menuntut kreativitas dan
kemandirian diri sehingga memungkinkan mengembangkan semua potensi yang
dimilikinya. Dalam menghadapi tantangan kehidupan modern di abad-21 ini
kreativitas dan kemandirian sangat diperlukan untuk mampu beradaptasi dengan
berbagai tuntutan. Kreativitas sangat diperlukan dalam hidup ini dengan
beberapa alasan antara lain: pertama, kreativitas memberikan peluang bagi
individu untuk mengaktualisasikan dirinya, kedua, kreativitas memungkinkan
orang dapat menemukan berbagai alternatif dalam pemecahan masalah, ketiga,
kreativitas dapat memberikan kepuasan hidup, dan keempat, kreativitas
memungkinkan manusia meningkatkan kualitas hidupnya. Dari segi kognitifnya,
kreativitas
merupakan kemampuan berfikir yang memiliki kelancaran, keluwesan, keaslian, dan
perincian. Sedangkan dari segi afektifnya kreativitas ditandai dengan motivasi
yang kuat, rasa ingin tahu, tertarik dengan tugas majemuk, berani menghadapi
resiko, tidak mudah putus asa, menghargai keindahan, memiliki rasa humor,
selalu ingin mencari pengalaman baru, menghargai diri sendiri dan orang lain,
dsb. Karya-karya kreatif ditandai dengan orisinalitas, memiliki nilai, dapat
ditransformasikan, dan dapat dikondensasikan. Selanjutnya kemandirian sangat
diperlukan dalam kehidupan yang penuh tantangan ini sebab kemandirian merupakan
kunci utama bagi individu untuk mampu mengarahkan dirinya ke arah tujuan dalam
kehidupannya. Kemandirian didukung dengan kualitas pribadi yang ditandai dengan
penguasaan kompetensi tertentu, konsistensi terhadap pendiriannya, kreatif
dalam berfikir dan bertindak, mampu mengendalikan dirinya, dan memiliki
komitmen yang kuat terhadap berbagai hal.
Dengan memperhatikan ciri-ciri kreativitas dan kemandirian tersebut, maka dapat
dikatakan bahwa TIK memberikan peluang untuk berkembangnya kreativitas dan
kemandirian siswa. Pembelajaran dengan dukungan TIK memungkinkan dapat
menghasilkan karya-karya baru yang orsinil, memiliki nilai yang tinggi, dan
dapat dikembangkan lebih jauh untuk kepentingan yang lebih bermakna. Melalui
TIK siswa akan memperoleh berbagai informasi dalam lingkup yang lebih luas dan
mendalam sehingga meningkatkan wawasannya. Hal ini merupakan rangsangan yang
kondusif bagi berkembangnya kemandirian anak terutama dalam hal pengembangan
kompetensi, kreativitas, kendali diri, konsistensi, dan komitmennya baik
terhadap diri sendiri maupun terhadap pihak lain.
Peran guru
Semua hal itu tidak akan terjadi dengan sendirinya karena setiap siswa memiliki
kondisi yang berbeda antara satu dengan lainnya. Siswa memerlukan bimbingan
baik dari guru maupun dari orang tuanya dalam melakukan proses pembelajaran
dengan dukungan TIK. Dalam kaitan ini guru memegang peran yang amat penting dan
harus menguasai seluk beluk TIK dan yang lebih penting lagi adalah kemampuan
memfasilitasi pembelajaran anak secara efektif. Peran guru sebagai pemberi
informasi harus bergeser menjadi manajer pembelajaran dengan sejumlah
peran-peran tertentu, karena guru bukan satu-satunya sumber informasi melainkan
hanya salah satu sumber informasi. Dalam bukunya yang berjudul “Reinventing
Education”, Louis V. Gerstmer, Jr. dkk (1995), menyatakan
bahwa di masa-masa mendatang peran-peran guru mengalami perluasan yaitu guru
sebagai: pelatih (coaches), konselor, manajer pembelajaran, partisipan,
pemimpin, pembelajar, dan pengarang. Sebagai pelatih (coaches), guru harus
memberikan peluang yang sebesar-besarnya bagi siswa untuk mengembangkan
cara-cara pembelajarannya sendiri sesuai dengan kondisi masing-masing. Guru
hanya memberikan prinsip-prinsip dasarnya saja dan tidak memberikan satu cara
yang mutlak. Hal ini merupakan analogi dalam bidang olah raga, di mana pelatih
hanya memberikan petunjuk dasar-dasar permainan, sementara dalam permainan itu
sendiri para pemain akan mengembangkan kiat-kiatnya sesuai dengan kemampuan dan
kondisi yang ada. Sebagai konselor, guru harus mampu menciptakan satu situasi
interaksi belajar-mengajar, di mana siswa melakukan perilaku pembelajaran dalam
suasana psikologis yang kondusif dan tidak ada jarak yang kaku dengan guru.
Disamping itu, guru diharapkan mampu memahami kondisi setiap siswa dan
membantunya ke arah perkembangan optimal. Sebagai manajer pembelajaran, guru
memiliki kemandirian dan otonomi yang seluas-luasnya dalam mengelola
keseluruhan kegiatan belajar-mengajar dengan mendinamiskan seluruh
sumber-sumber penunjang pembelajaran. Sebagai partisipan, guru tidak hanya
berperilaku mengajar akan tetapi juga berperilaku belajar dari interaksinya
dengan siswa. Hal ini mengandung makna bahwa guru bukanlah satu-satunya sumber
belajar bagi anak, akan tetapi ia sebagai fasilitator pembelajaran siswa.
Sebagai pemimpin, diharapkan guru mampu menjadi seseorang yang mampu
menggerakkan orang lain untuk mewujudkan perilaku menuju tujuan bersama.
Disamping sebagai pengajar, guru harus mendapat kesempatan untuk mewujudkan
dirinya sebagai pihak yang bertanggung jawab dalam berbagai kegiatan lain di
luiar mengajar. Sebagai pembelajar, guru harus secara terus menerus belajar
dalam rangka menyegarkan kompetensinya serta meningkatkan kualitas
profesionalnya. Sebagai pengarang, guru harus selalu kreatif dan inovatif
menghasilkan berbagai karya yang akan digunakan untuk melaksanakan tugas-tugas
profesionalnya. Guru yang mandiri bukan sebagai tukang atau teknisi yang harus
mengikuti satu buku petunjuk yang baku, melainkan sebagai tenaga yang kreatif
yang mampu menghasilkan berbagai karya inovatif dalam bidangnya. Hal itu harus
didukung oleh daya abstraksi dan komitmen yang tinggi sebagai basis kualitas
profesionalismenya.
1. Google Earth adalah aplikasi pemetaan interaktif
yang memudahkan kita melihat dunia.
2. Wikipedia Ensiklopedia
(/énsiklopédia/) adalah sejumlah tulisan yang berisi penjelasan yang menyimpan
informasi secara komprehensif dan cepat dipahami serta dimengerti mengenai
keseluruhan cabang ilmu pengetahuan atau khusus dalam satu cabang
ilmu pengetahuan tertentu yang tersusun dalam bagian artikel-artikel dengan
satu topik bahasan pada tiap-tiap artikel yang disusun berdasarkan abjad,
kategori atau volume terbitan dan pada umumnya tercetak dalam bentuk rangkaian buku
yang tergantung pada jumlah bahan yang disertakan
3. kamus online: terjemah dari bahasa apa saja yang
kita ingin atau sebaliknya, secara on-line (melalui internet)
Kemajuan teknologi modern adalah salah satu
faktor yang turut mempengaruhi pembaharuan yang pesat berlaku dalam dunia
pendidikan. Peranan teknologi semakin dirasakan oleh berbagai bidang termasuk
pendidikan. Dalam bidang pendidikan, pemerintah dan masyarakat umum telah
memberikan perhatian yang mendalam tentang kemajuan teknologi modern, karena
sangat disadari, peranan dan fungsi teknologi dalam memajukan dunia pendidikan.
Teknologi dapat membantu tercapainya tujuan pendidikan, sehingga proses
pembelajaran akan lebih menarik dan bermakna. Yelland, N. et.all. (1997)
mengatakan bahwa teknologi dapat memberi kesempatan kepada pembelajar untuk
meningkatkan proses belajar.
Multimedia bisa digunakan sebagai media
pendidikan yang dapat diandalkan. Dibandingkan dengan media-media lain,
multimedia mempunyai berbagai kelebihan berbanding dengan media-media lainnya.
Multimedia mampu merangkum berbagai media, seperti teks, suara, gambar, grafik,
dan animasi dalam satu sajian digital. Multimedia juga memiliki akses
interaktif dengan pengguna. Keberadaan multimedia dalam pendidikan telah
menunjukkan suatu perkembangan baru yang diharapkan mampu membantu dunia
pendidikan menjadi lebih bermakna melalui pembelajaran. Bahkan untuk menarik
minat pembelajar perlu menggunakan strategi pemanfaatan komputer dalam
kurikulum pendidikan (HyperStudio, 1995).
Multimedia dianggap sebagai media
pembelajaran yang menarik berdasarkan upaya yang menyentuh berbagai panca
indra: penglihatan, pendengaran dan sentuhan. Menurut Schade (Hoogeven 1995) “Multimedia improves sensory stimulation,
particulary due to the inclusion of interactivity”.Penelitian Schade ini
telah memperlihatkan bahwa daya ingat bagi orang yang membaca sendiri adalah
yang terendah (1%). Daya ingat ini bisa ditingkatkan sehingga (25%-30%) dengan
adanya bantuan alat pembelajaran lain, seperti televisi. Metoda pembelajaran
bisa menjadi lebih menarik dan memberikan rangsangan apabila tiga dimensi (3D)
digunakan. Kajian Schade juga telah menjadikan penggunaan tayangan 3D dapat
meningkatkan ingatan sebanyak 60%. Multimedia juga memiliki kemampuan
menampilkan konsep 3D dengan menarik, sekiranya kurikulum pembelajaran dapat
dirancang secara sistematik, komunikatif dan interaktif sepanjang proses
pembelajaran.
Sebagaimana media pendidikan lainnya,
multimedia adalah alat, metoda dan pendekatan yang digunakan untuk membuat
komunikasi diantara pengajar dengan pembelajar selama proses pembelajaran,
sehingga menjadi lebih menarik. D’Lgnazio (Bairley 1996) mengatakan bahwa
multimedia adalah teknologi baru yang dapat memberikan banyak manfaat
mengembangkan dunia pendidikan yaitu memberikan kehidupan pembelajar lebih
bermakna. Manfaat lainnya adalah pembelajar yang terlibat dalam proses proses
belajar melalui program multimedia bisa mempelajarai ilmu yang ada di dalamnya
sesuai dengan minat, kesukaan, bakat, keperluan, pengetahuan dan emosinya.
Kemampuan multimedia memberikan pembelajaran secara individu (melalui sistem
tutor pribadi) bukan berarti tidak ada pembelajaran secara langsung dari
pengajar (orang dewasa). Pembelajaran langsung dari pengajar tetap diperlukan
tetapi program multimedia lebih memudahkan pembelajaran. Pengajar tidak perlu
mengulang penjelasannya jika pembelajar tidak faham, sebab program bisa
dipelajari berulang kali sehingga pembelajar dapat memahaminya. Sedangkan bagi
pembelajar penggunaan multimedia dapat lebih memacu motivasi belajar, dapat
memberikan penjelasan yang lebih baik dan lengkap terhadap sesuatu
permasalahan, memudahkan untuk mengulang pelajaran, mengadakan latihan dan
mengukur kemampuan, karena multimedia memberikan peluang kepada pembelajar
untuk berinteraksi dengan program pembelajaran. Oleh karena itu, kehadiran
multimedia dalam proses belajar menjadi sangat bermanfaat. Bagi perencana
program multimedia perlu mendalami disain proses belajar agar program
multimedia yang dikembangkan lebih terarah dan sistematis sesuai dengan tujuan
pembelajaran yang telah ditetapkan.
Multimedia dalam proses pembelajaran bukan
satu-satunya penentu keberhasilan belajar. Faktor lain yang menentukan
keberhasilan proses belajar diantaranya motivasi pembelajar, keadaan sosial,
ekonomi dan
pendidikan keluarga,
situasi pada saat proses belajar, kurikulum dan pengajar. DeVoogd & Kritt
(1997) mengatakan multimedia tidak mengajar secara langsung, namun hanya
sebagai alat bantu atau alat peraga, sebab yang mengajar tetap saja pengajar.
Dalam penggunaan media apabila seseorang pembelajar faham dan terampil maka
aktivitas akan berjalan dengan baik dan berhasil menguasai materi pembelajaran.
Sebaliknya, jika pembelajar tidak memahami dan tidak terampil, maka media
tersebut bukannya untuk mempermudah bahkan mungkin akan menghambat
keberhasilan. “Educational effectiveness does not depend on the medium
but on how it is used” (Stratfold 1994). Salomon (1979) menyatakan bahwa
perbedaan media akan mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang. Perbedaan
media akan diikuti dengan perbedaan sistem simbol dan kode sehingga dapat
mempengaruhi perbedaaan pesan yang disampaikan.
B. TEKNOLOGI MULTIMEDIA
Kemajuan teknologi komputer telah menciptakan
peluang-peluang baru di samping sejumlah tantangan bagi pengelolaan (manajemen)
sumber daya informasi. Sekarang ini manajemen informasi telah menjadi sebuah
isu penting yang menarik sejak munculnya komputer. Isu ini menjadi semakin
menarik perhatian dan menantang bagi kedua komunitas tersebut dengan kemajuan
luar biasa dalam teknologi komputer dan sistem informasi dewasa ini. Perhatian
dan tantangan terbesar adalah dalam hal kemampuan akses informasi dalam jumlah
yang luar biasa banyak dan luasnya sebagai hasil kemajuan teknologi komputer.
Sistem pendukung informasi dirancang
sedemikian rupa untuk membantu memecahkan sejumlah persoalan dan tantangan
dalam pengelolaan sumber daya informasi. Sistem ini menyediakan sejumlah alat
dan sarana pengelolaan sumber daya informasi bagi perorangan, kelompok, dan
organisasi. Tidak diragukan lagi bahwa sistem pendukung adalah topik kunci bagi
usaha-usaha penelitian saat ini dan masa depan yang ditujukan untuk
memaksimalkan manajemen sumber daya informasi.
Teknologi multimedia, secara drastis, telah
mengubah cara kita memandang, berinteraksi dengan menggunakan komputer.
Teknologi multimedia telah berhasil mengubah komputer menjadi “orang kedua” (second
person) yang nyata. Tidak seperti sebelumnya, teknologi multimedia telah
memungkinkan kita untuk melihat, mendengar, membaca, merasa, dan bercakap
dengan komputer. Teknologi multimedia telah mengubah
dan, lebih jauh, memperdalam pemahaman kita dan penggunaan
komputer dalam satu cara yang lebih bermakna. Tidak diragukan lagi bahwa
teknologi multimedia adalah suatu topik utama dalam aplikasi teknologi
informasi saat ini dan masa depan.
Teknologi multimedia juga telah menawarkan alat dan cara dalam
pengelolaan sumber daya informasi. Melalui serat fiber optik atau komunikasi
tanpa kabel (wireless) data-data berupa gambar, video, dan grafik
(termasuk audio) -bukan hanya berupa text- dapat juga ditransmisikan secara
cepat ke berbagai pihak melalui internet.
Implementing the Shared Event Paradigm
Kolaborasi terbagi (shared collaboration) antara
pengguna yang tersebar semakin penting dalam menghadapi globalisasi organisasi
dan institusi. Di samping pertukaran data audiovisual, berbagi spreadsheet dan
gambar grafis menjadi hal penting terutama dalam membuat skenario (rancangan
model) untuk bekerja secara jarak jauh (tele-working) dan pendidikan
jarak jauh (tele-education). Meskipun internet telah banyak
memberi kemudahan dalam melaksanakan pekerjaan sehari-hari kita, kebanyakan
aplikasi (perangkat lunak) saat ini tidak dipersiapkan untuk kolaborasi
terbagi. Oleh karena itu, teknologi perangkat lunak aplikasi untuk keperluan
shared collaboration telah dikembangkan untuk menghadapi masalah kolaborasi
antara sekelompok pengguna yang tersebar. Dua paradigma berbeda untuk
merealisasikan application sharing yaitu output sharing dan event
sharing. Untuk keperluan
lingkungan kelompok/grup yang tertutup dengan sekelompok data input yang
terbatas untuk dibagi (seperti untuk shared engineering, presentasi multimedia,
atau rancangan tele-teaching) paradigma kedua yang lebih sesuai.
salah satu pemakaian TEKNOLOGI :
Majunya teknologi sekarang sudah menjadi bagian dari pendidikan di
sekolah, dan salah satunya adalah pemakaian LCD dalam kegiatan
belajar...
Dalam proses belajar, pemakaian LCD bukanlah segalanya dalam menarik
minat dan ketertarikan seorang siswa dalam belajar di kelas...LCD
bukanlah alat yang digunakan untuk memindahkan isi buku ke layar...
Siswa akan tertarik untuk belajar jika teknologi tersebut disertai
dengan cara mengajar yang menarik, tidak membosankan dan yang terpenting
tetap tertuju pada materi yang ingin disampaikan walaupun dengan cara
yang berbeda dari membaca buku selama 2 jam penuh... sebagai contoh
nyata, di sekolah saya hal tersebut sudah terbukti...
Suatu hari di kelas saya, guru saya melakukan pembelajaran dengan
menggunakan LCD dan power point... Saya mulai menduga-duga apa yang akan
terjadi kemudian, dan benar saja dugaan saya bahwa suasana di kelas
akan terasa seperti tak ada kehidupan, kecuali suara kehidupan dari guru
saya yang sedang menjelaskan... masing-masing anak mencari kesibukannya
sendiri, bahkan sampai tertidur di balik buku pelajarannya...
contoh lainnya adalah ketika seorang guru yang lain menjelaskan materi
dengan disertai praktek secara langsung... dengan gaya mengajar yang
tidak kaku, diselingi dengan canda tawa, serta dengan penjelasan ayng
tidak membosankan... tidak satupun murid yang mencari kesibukan sendiri,
apalagi tertidur..!! semua konsentrasi anak tertuju pada penjelasan
dari guru dan tidak terasa 2 jam pelajaran telah berlalu...
dengan 2 contoh diatas, dapat kita sadari bahwa yang terpenting
bukanlah peralatan dan perlengkapan mengajarnya, tapi bagaimana kualitas
seorang guru dalam mengajar...
C. KARAKTERISTIK MULTIMEDIA UNTUK
PENDIDIKAN
Teknologi multimedia adalah salah satu teknologi baru dalam bidang
komputer yang memiliki kebisaan untuk menjadikan media pembelajaran lebih
lengkap. Multimedia meliputi berbagai media dalam satu software sehingga
memudahkan pengajar untuk menyampaikan materi pembelajaran dan pembelajar
merasa dilibatkan dalam proses belajar karena teknologi multimedia memberikan
fasilitas berlakunya interaktif.
Furht (Internet l996) dari Atlantic
University, Florida mendefinisikan multimedia sebagai gabungan antara berbagai
media seperti teks, grafik, animasi, gambar dan video. Sedangkan Haffos
(Feldman 1994) mengartikan multimedia sebagai suatu sistem komputer yang
terdiri daripada hardware dan software yang memberikan kemudahan
untuk menggabungkan gambar, atau video,
Teknologi pendidikan meliputi berbagai aspek yang berhubungan
dengan pembelajaran dan proses belajar. Pengartian yang dirumuskan oleh
Association for Educational Communications and Technology ( AECT) adalah
seperti berikut: Teknologi pendidikan adalah suatu proses yang kompleks yang
menghubungkan manusia, prosedur, ide, alat dan organisasi. Proses tersebut
meliputi merencanakan, mengelola data, menganalisis data dan menilai untuk
membuat suatu kesimpulan (Wilkinson l980).
Pelaksanaan proses pembelajaran sebaiknya pengajar menggunakan
media yang lengkap, sesuai dengan keperluan dan melibatkan media yang
menggunakan berbagai panca indra. Untuk memenuhi keperluan itu, maka penggunaan
multimedia adalah salah satu alternatif pilihan yang baik untuk pembelajaran
dan proses belajar yang menarik. Fleming dan Levie (Wilkinson 1980) memberikan
petunjuk bahwa jika proses belajar dilaksanakan dengan hanya menggunakan satu
media, maka rangsangan yang diperlukan untuk belajar sangat terbatas. Suatu
proses belajar seharusnya menggunakan multimedia agar rangsangan yang
diperlukan untuk belajar menjadi lengkap sebab meliputi rangsangan dari
penggabungan audio dan visual. Hal ini memperlihatkan bahwa penggunaan
multimedia akan memberikan kelebihan dalam pencapaian proses belajar
pembelajar. Penggabungan antara audio, visual, gambar, teks, angka dan animasi
yang saling berinteraksi memberikan kemudahan kepada pembelajar untuk belajar
di sekolah atau perguruan tinggi maupun di rumah.
Istilah multimedia sekarang ini digunakan untuk memberi gambaran
terhadap satu sistem yang menggunakan komputer dimana semua media seperti teks,
grafik, suara, animasi dan video berada dalam satu software komputer. Dalam pendidikan istilah ini pada mulanya digunakan
untuk menggambarkan satu program pembelajaran yang terdiri daripada berbagai
media yang berbeda. Program multimedia yang dirancang khusus untuk keperluan
proses belajar perlu mendapat perhatian yang serius agar program tersebut dapat
memenuhi keperluan proses belajar. Perkembangan program proses belajar
akhir-akhir ini sangat menakjubkan.Hal ini karena banyaknya pengembang yang ikut
serta mengembangkan program. Perkembangan ini sepintas amatlah membanggakan
tetapi di lain pihak dapat mengecoh para pembelajar khususnya anak-anak.
Menurut penelitian Morgan & Shade (1994) dari sekian banyak program yang
ada di pasaran hanya 20 - 25% yang dikategorikan memenuhi syarat serta layak
digunakan untuk keperluan pendidikan, sementara 75-80% program dapat mengecoh
dan masih susah untuk digunakan. Sementara Wright & Shade (1994) mengatakan
bahwa daya tarik proses belajar dengan menggunakan komputer tergantung kepada
kualitas program (software). Ini berarti bahwa pengembangan program untuk
keperluan proses belajar tidaklah semudah untuk program hiburan. Karena itu
program untuk keperluan proses belajar memerlukan disain yang sesuai dengan
tujuan proses belajar. Religeluth (Wilson 1997) menyebutkan bahwa disain proses
belajar adalah “outlined a prescriptive
framework for embodying this knowledge”.
Usaha untuk memperbaiki program tetap terus
dilakukan agar program yang dihasilkan dapat memenuhi standar proses belajar.
Penekanan utama dalam mengembangkan program adalah agar mudah digunakan,
memenuhi keperluan mengembangkan pengetahuan, meningkatkan keterampilan dan
kreativitas, dan menyediakan kemudahan interaktif serta umpan balik (Chang, N.,
Rossini, M.L. & Pan, A.C. ,1997; Elkind, 1987; Morgan & Shade, 1994;
Haugland & Wright, In press). Sedangkan Wright (1994) mengatakan
pembangunan program khususnya untuk keperluan pembelajar hendaklah mengandungi
unsur cerita, membuat lukisan, disain bentu sesuatu, menulis cerita dengan
bantuan gambar, pemahaman tentang sistem komputer, mengembangkan fikiran dan
mengembangkan kosa kata.
D. KELEBIHAN MULTIMEDIA
Multimedia mempunyai beberapa kelebihan yang tidak dimiliki oleh
media lain. Di antara kelebihan itu adalah:
- Multimedia menyediakan proses interaktif dan memberikan
kemudahan umpan balik.
- Multimedia memberikan kebebasan kepada pembelajar dalam
menentukan topik proses belajar.
- Multimedia memberikan kemudahan kontrol yang
sistematis dalam proses belajar.
Media Pembelajaran dalam Pendidikan Jarak Jauh
Dewasa
ini sistem pendidikan jarak jauh telah berkembang pesat dan menjadi
bagian integral dalam sistem pendidikan modern. Berbagai negara di dunia
telah menjadikan sistem pendidikan jarak jauh ini sebagai salah satu
alternatif dalam upaya memperluas kesempatan masyarakat memperoleh
pendidikan. Di Indonesia, penyelenggaraan sistem
pendidikan jarak jauh telah memiliki landasan legal formal dengan
dimasukkannya sistem ini ke dalam Undang-undang Sistem Pendidikan
Nasional.
Seiring dengan pesatnya kemajuan teknologi informasi dan komunikasi, maka pendidikan jarak jauhpun mengalami perkembangan. Dengan
memanfaatkan teknologi maka daya jangkaunya menjadi semakin luas, dan
efektifitasnya dalam menyampaikan materi pembelajaran juga semakin
meningkat. Pada saat ini system pendidikan jarak jauh telah
mengintegrasikan pula berbagai jenis media yang kemampuan interaktifnya
semakin meningkat.
Dalam penyelenggaraan Sistem Pendidikan Jarak Jauh (SPJJ), penggunaan media tampaknya telah menjadi keharusan. Dapat
dikatakan bahwa sebagian besar bahan ajar pada SPJJ disampaikan melalui
berbagai jenis media, baik cetak maupun non cetak. Sepanjnag sejarah penyelenggaraan pendidikan jarak jauh, media telah digunakan sebagai sarana penyampai materi ajar. Adanya keterpisahan antara pengajar dengan peserta didik , maka diperlukan media sebagai sarana komunikasi yang menjembatani antara pengajar dengan peserta didik. Kehadiran
media inilah yang menjadi salah satu ciri kesamaan diantara institusi
penyelenggara SPJJ di semua tempat. Sementara yang membedakan institusi
yang satu dengan yang lain adalah pilihan jenis media yang digunakannya.
Variasi penggunaan media antar institusi penyelenggara PJJ sangat
beragam mengingat banyaknya jenis media yang bisa dimanfaatkan mulai
media yang sederhana sampai yang canggih. Berikut akan dibahas secara
sekilas beberapa jenis media pembelajaran yang sering digunakan dalam
sistem pendidikan jarak jauhm (PJJ).
a. Media Cetak
Di
antara begitu banyak media baru dan canggih, ternyata media cetak masih
menduduki tempat pertama dalam pendidikan jarak jauh. Bahan ajar cetak
dapat berwujud dalam berbagai bentuk, seperti: buku materi pokok, buku
ketiga, buku panduan belajar, pamflet, brosur, peta, chart.
Bentuk cetakan ini tidak hanya berupa tulisan, tetapi dapat juga
menampilkan gambar-gambar, foto, grafik, tabel, dll. Dari sekian banyak
jenis media cetak tersebut, modul merupakan bahan ajar cetak utama yang
digunakan dalam pendidikan terbuka dan jarak jauh. Modul telah dirancang
dan dikembangkan sedemikian rupa sehingga memungkinkan peserta didik
dapat belajar dengan sekecil mungkin mendapat bantuan dari guru/tutor.
Keunggulan Media Cetak untuk PJJ
Media cetak memiliki keunggulan sebagai berikut:
§ Mampu
menyampaikan berbagai informasi yang berkaitan dengan fakta maupun
konsep abstrak yang bersifat pengetahuan, ketrampilan ataupun sikap.
§ Dapat
digunakan kapan saja (pagi hari, siang hari, malam hari) dan dimana
saja (seperti di rumah, di kendaraan umum, terminal atau tempat lain
yang memungkinkan).
§ Penggunaannya
mudah, tidak bergantung kepada peralatan lain. Kemasan media cetak
umumnya ringan dan kecil memungkinkan peserta didik dengan mudah
membawanya ke mana saja mereka pergi.
§ Selain
bentuk fisiknya mudah dibawa, penataan atau teknik penyajian materinya
pun mudah dipelajari. Misalnya, teknik penyajian sepeti penulisan indek,
daftar isi, penggunaan halaman, bab-bab, judul maupun subjudul.
Pemanfaatan Media Cetak dalam Pendidikan Jarak Jauh
Media
cetak, khususnya modul merupakan media utama yang digunakan dalam
pendidikan jarak jauh. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam
pemanfaatan media cetak untuk pendidikan jarak jauh antara lain adalah
sebagai beirkut:
- Pastikan
bahwa semua modul dan atau media cetak lain seperti foster, lembar
kerja dan lain-lain yang dibutuhkan untuk semua mata ajar telah
dirancang dan diproduksi sesuai dengan prinsip pengembangan bahan
belajar mandiri.
- Pastikan
bahwa modul-modul yang dibutuhkan tersebut didistribusikan dengan baik
kepada seluruh tutor dan peserta didik sesuai dengan mata ajar yang
diambilnya.
- Pastikan
para tutor telah memahami semua modul sesuai dengan mata ajar yang
dibinanya untuk memudahkan memberikan bantuan konsultasi kepada peserta
didiknya.
- Beri
kesempatan kepada peserta didik untuk mengukur keberhasilan belajarnya
(ujian) secara fleksibel sesuai dengan kecepatan belajarnya
masing-masing.
- Pastikan peserta didik memperoleh umpan balik sesegera mungkin.
b. Media Massa/Siar/Tayang
Pemanfaatan
media massa dalam SPJJ seperti siaran radio dan siaran televisi
merupakan sebuah alternatif penyampaian bahan ajar yang cukup efektif
larena bersifat terbuka dan berdaya jangkau luas. Penggunaan media massa
sebagai alat pendidikan tidak saja menguntungkan peserta didik yang
terdaftar dalam institusi pendidikan jarak jauh, tetapi masyarakat umum
yang tertarik untuk memperluas wawasan pengetahuannya dapat pula mengikuti program yang ditayangkan atau disiarkan.
1). Siaran Radio
Hampir
semua orang telah mengenal radio sebagai sebuah alat yang mampu
menyampaikan berbagai informasi , melantunkan musik dan lagu, tetapi
tidak semua orang mengetahui bahwa program radio disiarkan melalui
gelombang elektromagnetik. Gelombang-gelombang ini diumpamankan sebagai
jalan raya (highways) yang tidak terlihat serta mepunyai kelebaran yang
bervariasi. Jalan raya ini diindentifikasikan sebagai frekuensi AM
maupun FM yang mengacu siaran peraturan dan persetujuan internasional.
Daya pancar siaran radio sangat bergantung kepada kekuatan transmitter
serta frekuensi yang digunakan. Dengan kekuatan tertentu, transmitter
mampu memacarkan siaran pada lokasi tertentu. Sementara untuk dapat
menebus daerah lain yang berada di uar daerah pancarnya, diperlukan
stasiun relay. Sistem Relay mampu menghubungkan satu transmitter dengan
stasiun lainnya sehingga mempeluas daerah jangkauan daerah siaran.
Walaupun
mampu memperluas jangkauaan daerah siaran, penggunaan sistem relay ini
tidak dapat menjangkau daerah daerah tertentu yang dikenal dengan
istilah blank spot area. Dengan kemajuan teknologi yang pesat,
keterbatasan ini dapat diatasi dengan penyiaran radio melalui satelit
siaran langsung (Radio-SSL). Secara teknis, siaran radio melalui SSL
akan diterima dengan baik karena tidak mengalami pengurangan mutu
seperti yang pada umumnya dialami bila menggunakan stasiun relay. Satu
satunya kendala dari penggunaan siaran radio-SSL ini terletak pada
pengadaan alat penerima khusus yang harganya tidak murah. Selain
karakteristik teknik seperti yang telah dijelaskan, media radio juga
memiliki karakteristik lain, baik dari segi keunggulan maupun
keterbatasannya.
Keunggulan:
- Dibandingkan dengan media komunikasi massa lain misalnya televisi, biaya penyelenggaraan media radio jauh lebih murah dengan kemampuan jangkauan daerah yang sama luasnya.
- Keunggulan lain dari media dengar ini adalah kemampuannya untuk menstimulasi imajinasi pendengae dan cukup fleksibel dalam menyajikan informasi dalam
berbagai bentuk sajian seperti dramatisasi, diskusi, ceramah atau
dialog. Kemampuan ini tentunya sangat berperan dalam penyelenggaraan
SPJJ.
Keterbatasan :
- Keterbatasan
utama media radio terletak pada karakteristik media ini yang dikenal
sebagai media seklali dengar, artinya bila pendengar tidak mendengar
atau tidak mengerti informasi yang disajikan, maka informasi tersebut
tidak dapat didengar lang kecuali melalui siaran ulangan.
- Keterbatasan
lain dalam pemanfaatan media radio pada SPJJ adalah masalah jadwal
siaran atau rekaman program bagi para pengajar. Umumnya para pengajar sulit mengikuti jadwal ketat yang diberikan oleh stasiun siaran atau studio rekaman.
- Interaktivitas yang sangat
dibutuhkan dalam kegiatan tutorial pada SPJJ juga merupakan
keterbatasan dari media radio. Tingkat interaktivitas media radio sangat rendah
karena pada dasarnya media radio merupakan media komunikasi satu arah.
Perkembangan teknologi telah memungkinkan adanya interaksi dalam tingkat
tertentu dengan menggunakan telepon. Hal ini memberikan warna baru
dalam penyelenggaraan siaran langsung yang bersifat interaktif dapat dilakukan, beberapa penyelanggara SPJJ mengalami kendala, seperti mahalnya biaya penggunaan telpon dan sulitnya mengatur siaran langsung.
Bentuk Penyajian Program Radio
Program program yang disajikan melalui radio dalam SPJJ harus dikembangkan semenarik mungkin. Hal ini mengingat bahwa radio pada dasarnya
adalah media satu arah dan sekali dengar. Dengan karakteristik
tersebut, bentuk penyajian program radio sangat berperan untuk dapat
memikat peserta didik mendengarkan materi maupun informasi yang
disampaikan. Perancang program radio untuk SPJJ perlu memperhatikan
bentuk sajian yang dapat digunakan sesuai dengan materi yang akan
disampaikan serta memberikan variasi penampilan. Bentuk-bentuk penyajian
yang dapat dipilih antara lain:
- Ceramah atau kuliah
Bentuk
ceramah atau kuliah ini baisanya disajikan oleh satu orang
dosen/pengajar atau pembocara yang ahli dalam materi tertentu. Umumnya,
bentuk penyajian ini membosankan , karena peserta didik hanya
mendengarkan satu jenis suara selama 15 – 20 menit. Penyajian ini akan
terasa lebih melelahkan apabila penyajinya kurang mampu “berbicara”
secara menarik. Sebaiknya, bila penyaji mampu seolah-olah berbicara
langsung dengan peserta didik, suaranya menyakinkan , tempo dan intonansinya tepat, bentuk ceramah masih dapat memikat peserta didik. Berdasarkan pada pengalaman serta pengamatan
dalam proses produksi parogram radio dengan bentuk penyajian tunggal
ini, tidak banyak orang atau pengajar/dosen yang mapu berbiocara seorang
diri di depan mikropon.
- Dialog
Bentuk
penyajian lain yang dapat digunakan dalam mengemas materi ajar dalam
SPJJ adalah dialog. Bentuk penyajian ini menghadirkan lebih dari satu
orang untuk membahas sebuah materi. Para pembicara umumnya mempunyai
kedudukan yang sama.
- Wawancara
Bentuk penyajian ini dapat menghadirkan satu, dua atau tiga pembiocara
dengan seorang pewancara. Dengan dua atau tiga pembicara, pada umumnya
bentuk penyajian ini mengangkat satu topik pembicaraan yang dilihat dari
sudut pandang yang berbeda dari tiap-tiap pembicara. Tetapi, bila
bentuk wawancara ini hanya menghadirkan satu pembicara, umumnya topik
pembicaraan hanya dilihat dari pengetahuan, pengalaman atau sudut
pandang sang pembicara.
- Drama
Sebuah
alternatif lain untuk menyampaikan materi ajar kepada peserta didik
melalui program radio adalah melalui drama. Penyyajian dalam bentuk ini
relatif lebih sulit, karena membutuhkan persiapan yang lebih matang,
mulai dari naskah sampai pada produksinya. Selain itu, tidak semua
materi pelajaran dapat disajikan dalam bentuk drama. Materi-materi yang
berkaitan dengan sikap, perasaan, ilmu sosial, kemungkinan dapat
diangkat dan dikemas dalam bentuk ini.
- Feature
Bentuk
penyajian yang lebih atraktif adalah feature yang merupakan bentuk
sajian yang di dalamnya terdapat berbagai sajian. Dalam program feature,
di dalamnya terdapat dialog, wawancara, dan drama yang mengacu pada
topik bahasan tertentu.
- Majalah
Seperti
layaknya sebuah majalah, bentuk penyajian majalah udara menampilkan
berbagai informasi dalam berbagai bentuk sajian. Dalam SPJJ, bentuk
majalah udara ini sangat cocok untuk mengemas berbagai informasi yang
perlu disampaikan kepada peserta didik melalui radio, misalnya informasi
mengenal ujian, pembelian bahan ajar, wisuda, regristrasi, atau
informasi lain yang perlu diketahui oleh peserta didik.
Dari
sekian banyak bentuk peyajian yang dapat digunakan dalam SPJJ, belum
ada penelitian yang mengkaji efektivitas dari masing masing bentuk
penyajian. Walaupun demikian bentuk penyajian tersebut dapat dijadikan
alternatif penyajian bagi para perancang bahan ajar dalam institusi
penyelenggara SPJJ.
Pemanfaatan Media Radio pada SPJJ
Dalam
hampir semua proses pendidikan, jenis suara yang paling banyak
digunakan adlah suara manusia. Suara manusia mampu memberikan intonasi,
tempo, volume, dan penekanan yang kesemuanya sangat berarti dalam proses
pembelajaran. Keunggulan yang dimiliki oleh suara manusia ini mampu
ditransfer melalui media radio yang dikenal sebagai media yang murah dan
mudah diakses. Perpaduan keunggulan tersebut cukup untuk menjadi alasan
pemanfaatan media radio dalam sebuah institusi penyelengaraan SPJJ.
Di
negara-negar maju misalnya, hampir semua orang memiliki radio.
Sementara di negara-negara berkembang radio dikatagorikan sebagai barang
yang cukup terjangkau harganya dan mudah didapat. Hal ini menunjukkan
bahwa radio merupakan sebuah media yang memiliki aksesibilitas tinggi.
Aksesibilitas yang tinggi terhadap media radio ini haruslah dicermati
sebagai peluang bagi setiap penyelenggara SPJJ untuk diberdayakan
sebagai alat mentransfer ilmu dan informasi kepada peserta didik. Setiap
peluang akan menjadi bermakna dan berhasil guna bila dapat dimanfaatkan
dengan baik.
Pertimbangan
lain yang mengunggulkan media radio dalam proses pengajaran dan
pembelajaran antara lain adalah kemampuan media ini mengaitkan materi
ajar pada mata kuliah tertentu dengan kejadian yang baru terjadi. Hal
ini sangat penting dalampengajaran bagi peserta didik dewasa. Selain
itu, media radio mampu menyajikan perubahan yang cepat
dari ilmu pengetahuan yang tidak mampu diakomodasi dalam bahan ajar
cetak yang sudah tersusun.
Walaupun
media radio mempunyai beberapa keunggulan dalam proses pembelajaran dan
pengajaran, namun kelemahan media ini perlu pula dicermati. Walaupun
program radio sangat memotivasi tetapi trnyata peserta didik mengalami
kesulitan belajar melalui radio. Pada umumnya peserta didik mengalami
kesulitan berkonsentrasi mendengarkan program yang berdurasi 20 menit.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kesanggupan media radio sebagai media
pembelajaran dan pengajaran pada SPJJ antara lain berkaitan
dengan jenis materi belajar yang disampaikan, materi yang bersifat
konkret lebih mudah diterima. Selain itu, faktor penggunaan bahasa yang
sederhana dan kosakata yang sudah dikenal, pemberian contoh-contoh baik
melalui dramatisasi maupun kasuis-kasus juga sangat berpengaruh kepada
keberhasilan penggunaan media radio. Faktor lain yang tidak kalah
penting adalah durasi program. Durasi sebaiknya tidak lebih dari 15
menit atau bahkan 10 menit.
Selain
fungsi sebagai media pengajaran dan pembelajaran dalam SPJJ, media
radio juga sangat populer digunakan sebagai media untuk menyampaikan
informasi-informasi mengenai ujian, registrasi, dan publikasi bagi
institusi untuk menarik perhatian peserta baru. Dalam SPJJ, media
komunikasi yang murah dan cepat, seperti radio mempunyai kontribusi yang
berarti untuk menjadi jembatan antara pengelola dan peserta didik.
Permasalahan
lain yang kerap timbul dalam pemanfaatan media radio dalam SPJJ adalah
bagaimana peserta didik dapat mendengarkan program-program yang
disiarkan pada waktu yang sudah dijadwalkan. Hal ini memang merupakan
persoalan yang cukup pelik dalam sebuah institusi SPJJ karena kendali
terhadap waktu belajar peserta didik terletak sepenuhnya di tangan
peserta didik sendiri. Tetapi, dalam hal pemanfaatan media radio peserta
didik tidak mempunyai kendali terhadap stasiun siaran, merekalah yang
harus menyesuaikan diri dengan jadwal yang diberikan. Dalam SPJJ,
kondisi ini ternyata menjadi masalah bagi sebagian peserta. Pemberian
jadwal siaran secara teratur kepada peserta didik tidaklah cukup.
Penyiaran program yang sama sebanyak dua atau tiga kali pada waktu yang
berbeda akan memberikan kesempatan yang lebihh besar bagi peserta didik
untuk menyesuaikan jadwal kegiatan mereka dengan jadwal siaran yang
ditawarkan oleh institusi penyelenggara SPJJ.
Pertimbangan lain yang perlu dipikirkan dalam pemanfaatan media radio oleh institusi penyelenggaraan SPJJ adalah akses untuk memproduksi dan
mendistribusikan materi ajar yang dikemas dalam program radio. Walaupun
peserta didik mempunyai kases tinggi untuk memanfaatkan siaran radio,
tetapi apabila institusi penyelenggara SPJJ tidak mempunyai akses
terhadap pelaksanaan produksi dan penyiaran program, maka akses yang
dimiliki peserta didik pun akan sia-sia. Institusi penyelenggara SPJJ
mungkin memiliki peralatan produksi program, bahkan stasiun pemancar
sendiri. Jika hal ini terjadi, berarti institusi mempunyai akses
internal penuh untuk memanfaatkan media radio. Sebaliknya, bila
institusi tersebut tidak memiliki peralatan produksi maupun stasiun penyiaran
sendiri, maka institusi tersebut harus mempunyai akses eksternal, yaitu
akses terhadap lembaga lain yang mampu memproduksi maupun memancarkan
program radio.
2) Siaran Televisi
Televisi
dikenal sebagai media yang sangat kaya yang mapu menyajikan beragam
informasi dalam bentuk suara dan gambar secara bersamaan. Keunggulan
media televisi yang ditemukan pada tahun 1926 ini dapat dimanfaatkan
dalam dunia pendidikan, baik pendidikan yang bersifat konvensional
maupun pendidikan jarak jauh. Dengan perkembangan teknologi yang luar
biasa, sistem pemancaran dan penerimaan tayangan televisi dapat
dilakukan dengan berbagai macam sistem, antara lain : broadcast transmission, closed-circuit television (CCTV), Tv-Cable, satellite transmission.
Walaupun sistem pemancaran dan penerimaan siaran televisi tidak
berpengaruh kepada informasi atau program yang disiarkan, masing-masing
sistem memiliki cara kerja yang berlainan. Untuk memberi gambaran umum,
secara selintas sistem penayangan dari masing-masing akan disinggung
sedikit.
Sistem Penayangan Siaran Televisi
Siaran
televisi yang dapat diterima di rumah-rumah atau di tempat lain hanya
dengan menggunakan pesawat televisi standar adalah jenis penayangan
siaran dengan menggunakan sistem broadcast transmission. Penayangan televisi melalui sistem broadcast transmission ini menggunakan Very-High Frequencies (VHF) dan Ultra High Frequencies (UHF).
Kedua sinyal tersebut dipancarkan melalui transmitter yang selanjutnya
sinyal tersebut dapat diterima secara bebas oleh pesawat televisi dan
antena penerima standar. Jangkauan penerimaan siaran ini bergantung pada
kekuatan daya pancar transmitternya serta keberadaan stasiun relay.
Teknologi lain yang digunakan dalam penayangan siaran televisi adalah melalui sistem closed-circuit television (CCTV).
Sistem ini merupakan sistem pemancaran yang bersifat privat dan
terbatas pada lokasi tertentu yang masuk dalam jaringan siaran. Sinyal
televisi yang dipancarkan tidak dapat diterima oleh pesawat televisi
yang berada di luar sistem jaringan. Penggunaan sistem CCTV ini biasanya
digunakan oleh sekolah-sekolah atau kampus-kampus dan umumnya
jangkauannya tidak luas.
Lain
halnya dengan TV-kabel, sistem penayangan dan penerimaan siaran
televisi melalui TV-kabel ini menggunakan sambungan kabel khusus. Mereka
yang menginginkan menerima siaran khusus dan tidak dapat diterima oleh
siaran televisi terbuka dapat berlangganan TV-kabel ini.
Salah satu sistem penyiaran TV adalah melalui penggunaan satellite transmission dikenal dengan sebutan Direct Broadcast Satellite (DBS). DBS dalam bahasa Indonesia diterjemahkan dengan Satelit Siaran Langsung (SSL) merupakan sistem penerimaan siaran
televisi langsung dari satelit kepada pemilik pesawat televisiyang
telah dilengkapi dengan antena disc khusus. Dengan daya pancar 100
sampai 400 watt, SSL ini dapat diterima langsung oleh pesawat televisi
penerima siaran dengan menggunakan sejumlah perangkat keras yang
terdeiri dari antena disk yang berdiameter 0,6 hingga 1 meter, decoder,
dan remote control. Dengan semakin majunya teknologi, antena disk
penerima berdiametr tidak lebih dari 18 inci. Secara singkat, mekanisme
ketiga unsur utama sistem SSL dapat dijelaskan sebagai berikut : stasiun
pemancar bumi menerima sinyal dari stasiun penyiaran yang kemudian
melalui saluran tertentu dengan frekuensi up link diteruskan ke satelit dan selanjutnya dipancarkan kembali ke bumi melalui saluran dengan frekuensi down link yang sinyalnya kemudian dapat diterima langsung oleh pesawat televisi penerima.
Karakteristik Media Televisi
Pemanfaatan
media televisi sebagai alat penyampai materi pendidikan telah cukup
dikenal, namun sejauh mana media televisi ini dapat berperan dalam
pendidikan jarak jauh merupakan fokus yang menarik untuk ditelaah.
Secara umum, medium televisi ini dapat dilihat sebagai media yang sarat
dengan informasi audio dan visual yang secara simultan disajikan. Dari
sisi pembelajaran, medium televisi pendidikan dikenal sebagai medium
yang memilik kekuatan audio visual yang mampu memberika pemahaman
mengenal konsep-konsep abstrak.
Keunggulan:
- Menjangkau sasaran disik dalam jumlah yang besar sekaligus secara bersamaan
- Menyajikan
berbagai informasi dalam bentuk audio, visual dan gerak sekaligus.
Variasi visual yang mampu disajikan melalui media televisi ini
memberikan peluang untuk menyajikan program yang menarik dan imajinatif,
yang tentunya akan menstimulasikan dan memotivasi peserta didik dalam
segala usia dan tingkat pendidikan.
- Mampu menyajikan pengalaman dan mendokumentasikan kejadian nyata.
- Menjembatani
peserta didik dengan institusi SPJJ-nya. Kehadiran program televisi
yang menampilkan pengajar-pengajarnya melalui layar kaca akan mengurangi
rasa kesendirianyang umumnya dirasakan oleh peserta didik dalam SPJJ.
Keterbatasan:
- Biaya pengadaan peralatan dan pembuatan program televisi relatif mahal.
- Pembuatan program relatif tidak mudah dan lama.
- Media
televisi bersifat konstan, artinya tidak dapat dihentikan atau diputar
ulang apabila peserta didik tidak memahami materi yang ditayangkan.
- Waktu
penayangan terbatas sehingga apabila peserta didik tidak mengikuti
siaran pada saat ditayangkan, maka mereka kehilangan kesempatan untuk
mengikuti program. Untuk itu, diperlukan informasi jadwal jauh sebelum
waktu penayangan sehingga peserta didik siap mengikuti siaran.
- Keterbatasan
lain dari media televisi adalah masalah interaktivitas yag sangat
dibutuhkan dalam kegiatan tutorial pada SPJJ. Tingkat interaktivitas
media televisi sangat rendah karena media ini merupakan media komunikasi
satu arah. Dalam tingkat tertentu, interaksi dapat dilakukan dengan
menggunakan telpon, namun penyelenggaraan siaran langsung dalam SPJJ
mengalami banyak kendala.
Bentuk Penyajian Program Televisi
Televisi
merupakan media yang memiliki kemampuan menyampaikan informasi dalam
bentuk suara, gambar, dan gerak sekaligus, serta dapatdisajikan dalam
berbagai bentukpenyajian. Pada dasarnya, bentuk penyajian program
televisi sama dengan bentuk penyajian dalam program radio yang telah
dijelaskan sebelumnya. Bentuk penyajian tersebut adalah:
· Ceramah, dikenal dengan istilah talking head.
· Dialog
· Wawancara
· Drama
· Feature
· Majalah
Penjelasan
rinci mengenai bentuk penyairan ini dapat dilihat pada penjelasan
tentang radio, yang membedakan bentuk penyajian tersebut bila diterapkan
dalam media televisi adalah penambahan unsur visual dan gerak. Dengan
adanya tembahan unsu visual dan gerak, menjadikan media televisi menarik
sekaligus lebih sulit pembuatannya. Para pembicara, penyiar ataupun
pemain dan pelaku lainnya tidak hanya dinilai dari suaranya, tetapi juga
penampilan mereka.
Pemanfaatan Media Televisi dalam SPJJ
Pemanfaatan
media televisi dengan frekuensi siaran yang cukup tinggi dari berbagai
institusi penyelengara SPJJ memperlihatkan bahwa media televisi meupakan
media yang memiliki kemampuan yang baik sebagai penghantar matei
pembelajaran sekaligus sebagai media promosi bagi institusi yang
bersangkutan.
Kenyataan
lain yang dihadapi oleh sebagian institusi penyelenggaran SPJJ dalam
menayangkan program televisi adalah sulitnya memperoleh jam tayang serta
jumlah jam tayang yang memadai. Hal seperti ini cukup logis mengingat
institusi penyelenggara SPJJ tidak memiliki stasiun pemancar sendiri.
Pada umumnya institusi penyelenggara SPJJ mengandalkan stasiun pemancar
milik swasta atau pemerintah yang telah beroperasi di wilayah
masing-masing. Kondisi seperti ini mengharuskan setiap institusi
penyelenggara SPJJ untuk selalu menjaga adanya akses terhadap fasilitas
produksi serta stasiun pemancar yang berkesinambungan.
c. Media Pribadi/Personal
Keberadaan
media pribadi atau media personal dalam SPJJ adalah kebalikan dari
media massa. Media massa adalah media yang bersifat terbuka, artinya
baik peserta didik yang terdaftar maupun tidak terdaftar dapat
menggunakn dan mempelajari materi-materi ajar yang disampaikan melalui
media tersebut. Sebaliknya, media pribadi atau personal adalah media
yang digunakan secara personal atau perorangan, dan biasanya digunakan
oleh mereka yang telah terdaftar pada suatu institusi SPJJ. Media-media
yang masuk dalam katagori ini antaara lain: personal-computer (PC),
audio-cassette player, VCR; yang kesemuanya memberikan fleksibilitas
bagi peserta didik dalam penggunaannya. Peserta didik bebas untuk
menggunakannya kapan saja, dimana saja , disesuaikan dengan kebutuhan
dan kemampuan mereka. Tentu saja dengan syarat masing-masing peserta
didik memiliki akses terhadap penggunaan media tersebut.
Kita akan melihat satu persatu jenis media yang termasuk dalam kategori
media personal ini lebih mendalam.
1) Audio Kaset
Karakteristik Media Audio Kaset
Walaupun
dikenal sebagai media sederhana, keberadaan media audio kaset sebagi
media personal dinilai cukup efektif dan banyak disukai. Fleksibilitas
media audio kaset dalam penggunaanya merupakan daya tarik tersendiri.
Media ini dapat diputar ualng, dipercepat, dihidupkan atau dimatikan
sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Sejumlah karakteristik lain dari
media kaset yang menunjukan keunggulan dan keterbatasan media ini akan dipaparkan satu persatu.
Keunggulan:
- Di antara media-media yang digunakan dalam pendidikan jarak jauh, media audio kaset tergolong sebagi media yang murah.
- Pengembangan program relatif mudah.
- Dapat digunakan kapan saja tanpa terikat pada jadwal terentu seperti halnya radio.
- Peserta
didik dapat menggunakannya sesuai dengan kecepatan dan kemampuan
belajar mereka masing-masing. Durasi/lamanya program lebih flekibel
karena tidak tidak terikat pada acuan durasi tertentu, tidak seperti
program radio yang terikat pada durasi penyiaran tertentu. Durasi
program audio kaset dapat pendek atau panjang sesuai dengan materi yang
disampaikan.
- Penyajian media audio kaset ini dapat dilakukan dalam beberapa cara, yaitu: hanya mendengar; mendengar dan melihat; mendengar, melihat, dan melakukan.
- Menyediakan berbagai sumber belajar yang hanya dapat dimengerti melalui suara, kemudian menganalisis apa yang mereka dengar.
- Membantu
peserta didik melatih suatu ketrampilan. Penjelasan dalam bentuk suara
yang terekam dalam kaset audio akan lebih mudah memandu peserta didik
dalam melakukan suatu kegiatan yang memerlukan ketrampilan tertentu.
- Membuat
penyajian bahan ajar lebih manusioawi dan bersifat personal, sehingga
dapat memotivasi dan menguatkan peserta didik. Kehadiran suara manusia
apakah itu tutor atau pengajar yang seolah-olah berbicara langsung
kepada peserta didik memberikan perasaan lebih dekat dan tidak sendiri.
Peran ini sangat penting untuk dihadirkan dalam proses pengajaran dan
pembelajaran dalam SPJJ mengingat kehadiran secara fisik dari ada
pengajar sangat minimal atau bahkan tidak ada.
- Menyajikan
materi ajar yang tidak mudah dituangkan dalam bentuk bahan cetak. Dalam
kegiatan pengajaran dan pembelajaran terdapat kemungkinan ditemukan
materi-materi yang sulit untuk dituangkan melalui media cetak.
Keberadaan media audio kaset dapat menjembatani situasi yang demikian.
- Mempengaruhi perasaan dan sikap peserta didik.
- Mampu menampilkan para ahli yang tidak mempunyai waktu menuangkan pengetahuan/keahlian mereka ke dalam bentuk cetak.
- Memberi
kesempatan peserta didik untuk mendengar suara dari para ahli, pengajar
atau siapa pun yang memperkuat materi ajar yang mereka pelajari.
- Memberi kesempatan pada peserta didik yang tidak dapat membaca dan karena alasan lain yang membuat mereka tidak dapat membaca.
Keterbatasan:
- Memerlukan
alat putar/player. Mengingat salah satu alasan yang mendasari
penggunaan SPJJ adalah pemerataan pendidikan pada daerah-daerah pelosok,
maka ada kemungkinan peserta didik tidak memilik alat
putar/audio-cassette player.
- Memerlukan listrik.
Dengan
sejumlah keunggulan yang dimiliki media audio kaset tidak diragukan
bahwa media ini merupakan media yang “menjanjikan” dalam SPJJ. Murah,
mudah, fleksible merupakan kunci keberhasilan suatu media dalam SPJJ,
Bentuk Penyajian Program Audio Kaset
Penggunaan
audio kaset dalam SPJJ ada dua macam. Pertama adalah merekam
program-program yang telah disiarkan, car ini dinilai cukup baik untuk
mengatasi penggunaan media radio yang kerap kali tidak dapat didengarkan
oleh peserta didik. Cara Kedua adalah merancang khusus program-program
untuk audio-kaset. Perbedaan dasar media audio-kaset dengan media radio
adalah dalam hal penggunaan serta format penyajian. Dari sisi
penggunaannya, kendali terletak pada peserta didik. Mereka leluasa untuk menghidupkan,
mematikan, mengulang, atau mempercepat program yang mereka dengarkan
sesuai dengan keinginan mereka. Hal seperti ini tidak terjadi pada
siaran radio, yang peserta didiknya tidak memiliki kendali. Keunggulan
lain seperti yang telah disebutkan sebelumnya adalah kemampuan
media audio kaset ini untuk tampil dalam berbagai cara atau forma
penyajian. Format penyajian audio kaset secara garis besar dapat
dibedakan dalam tiga bentuk penyajian yaitu:
· Hanya mendengar
· Mendengar dan melihat
· Mendengar, melihat, dan melakukan
Hanya Mendengar
Format penyajian ini dapat menyajikan segala jenis suara yang
dapat didengar (aural) dan suara manusia. Suara yang dapat didengar
(aural) adalah segala jenis suara yang dapat direkam dan disampaikan
melalui kaset audio. Suara yang dapat didengar (aural) dibedakan dalam
beberapa jenis sumber, yaitu:
- Peragaan melafalkan kata-kata teknikal yang baru dipelajari
- Dialog Bahasa Asing
- Diskusi atau interviu dengan praktisi
- Dramatisasi
Suara-suara
yang dapat direkam dalam audio kaset ini berkaitan erat dengan materi
yang dibahas pada materi dari mata pelajaran atau mata kuliah. Hal ini
ditujukan untuk membantu peserta didik dalam mempelajari bahan ajarnya.
Jenis
suara yang dapat direkam dalam audio kasetadalah suara manusia dalam
hal ini pengajar atau tutor dari mata pelajaran atauy mata kuliah yang
bersangkutan. Penyajian pengajar atau tutor dapat berbentuk ceramah,
pembicaraan antara dua, tiga orang atau bimbingan belajar. Bentuk
penyajian ceramah biasanya membosankan, sebab pengajar cenderung
berbicara secara formal sehingga tidak menarik. Namun, tentunya bentuk
penyajian ini akan menjadi menarik apabila dibawakan oleh pengajar yang
mampu berbicara di depan mikropon dengan cara yang memikat, tempo suara
yang cukup, intonasi yang menguatkan, meyakinkan, mapu membuat peserta
didik merasakan bahwa sang pengajar “berbicara langsung” dengan mereka,
mampu memberikan reinforcement yang kuat. Namun, apabila sulit
mendaptkan pengajar dengan kualifikasi tersebut, maka bentuk pemberian
bahan ajar melalui audio kaset ini dapat dilakukan dengan cara
menampilkan dua orang pengajar yang akan berbicara secara bergantian
dalam bentuk dialog atau wawancara. Bentuk penyajian ini akan membantu menghidupkan
suasana sehingga pembicaraan mengalir dengan luwes dan menarik peserta
didik yang mendengarkan. Bentuk penyajian lain seperti drama, feature
atau majalah seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, dapat pula
digunakan pada program audio kaset apabila sesuai dengan karakteristik
materi yang akan disampaikan.
Penyajian
materi oleh pengajar atau tutor dalam audio kaset tidak terbatas hanya
pada materi bahan ajar, tetapi juga dapat menyajikan materi lain yang
bermanfaat bagi peserta didik, misalnya bantuan belajar, bimbingan belajar. Bentuk sajian seperti ini juga sangat membantu peserta didik dalam SPJJ untuk menghilangkan rasa kesendirian.
Mendengar dan Melihat
Bentuk
penyajian audio kaseeet lain yang dapat dikembangkan adalah bentuk
penyajian yang peserta didiknya tidak hanya mendengar suara tetapi juga
melihat. Bentuk sajian ini dikenal dengan istilah audio-vission.
Media audio kaset memang merupakan media yang sangat bergantung dengan
suara, tetapi bentuk penyajian audio vission mampu menstimulasi peserta
didik untuk tidak hanya mendengar tetapi juga melihat secara bersamaan.
Apa yang didengar dan dilihat berkaitan satu dengan yang lain dan saling
menguatkan atau lebih dikenal dengan sebutan terintegrasi. Visual atau
sesuatu yang dilihat dalam paket ini dapat berbentuk bahan cetakan,
misalnya gambar, grafis, peta, foto, chart, diagram, tabel, yang
tentunya sesuai dan berkaitan dengan apa yang disuarakan. Selain itu,
dapat pula berbentuk bahan visual non-cetak, seperti slide atau bahkan
benda nyata yang perlu dipelajari, misalnya potongan batu-batuan.
Penyajian seperti ini akan sangat membantu dan memperkuat informasi yang
diberikan, karena selain mendapat informasi melalui pendengaran,
peserta didik dapat pula menggunakan penglihatan. Bentuk penyajian
audio-vission ini tentu memerlukan persiapan dan rancangan yang lebih
matang dibandingkan dengan bentuk audio kaset yang hanya mendengar.
Mendengar, Melihat, dan Melakukan
Bentuk penyajian audio kaset yang mengkombinasikan kemampuan mendengar, melihat, dan melakukan sesuatu disebut dengan istilah active audiovission.
Bentuk penyajian ini merupakan modifikasi dari audiovission yang
menambahkan faktor aktif dari peserta didik untuk melakukan sesuatu.
Media audio kaset yang dikenal sebagai media satu arah yang tidak
mempunyai kemampuan interaksi ternyata dapat memberikan proses interaksi
walaupun dalam tingkat tertentu dalam bentuk penyajian active
audiovission. Melalui bentuk penyajian ini peserta didik dapatdiminta
untuk melakukan suatu kegiatan yang berkaitan dengan materi yang sedang
dipelajari, misalnya: menghitung sesuaatu, menyelesaikan suatu
pekerjaan, mengoperasikan peralatan tertentu, bahkan melakukan
eksperimen. Pengembangan program active audiovission ini memerlukan
persiapan yang jauh lebih komplek dari bentuk penyajian audio kaset
lainnya, tetapi memilik kemampuan pengajaran yang sangat baik bagi
peserta didik dlam SPJJ.
Pemanfaatan Media Audio Kaset dalam SPJJ
Pada
kondisi dewasa ini, secara teori pemanfaatan audio kaset dalam SPJJ
tidak menjadi masalah mengingat peralatan putar atau audio cassette
player bukan merupakan barang langka. Walaupun demikian, penggunaan
media audio kaset dalam institusi penyelenggara SPJJ sangat beragam.
Pada institusi tertentu pemanfaatan media audio kaset cukup tinggi
tetapi pada institusi lain belum tentu demikian. Pada umumnya setiap
institusi penyelenggara SPJJ memanfaatkannya, sekalipun dalam presentasi
yang kecil.
2) Video / VCD
Istilah
video bukan merupakan hal yang baru, baik dalam dunia hiburan maupun
pendidikan. Video yang dalam bahasa latinnya berarti I See, memiuliki
pengertian sebagai penyajian gambar-gambar yang disampaikan melauli
televisi atau bentuk media sejenis. Pada awal perkembangannya
gambar-gambar yang direkam dalam bentuk video ini dikemas dalam kaset.
Namun, sejalan dengan perkembangan teknologi dalam bidang media yang
sangat cepat, telah memunculkan versi perekan video lain yang digunakan
untuk mengemas program video, antara lain videodiscs. Kedua versi video tersebut baik dalam bentuk kaset maupun disc
dimanfaatkan dlam SPJJ sebagai media untuk menyampaikan bahan ajar yang
dapat dikategorikan sebagai media personal yang artinya dimanfaatkan
secara individual oleh peserta didik. Walaupun tidak menutup kemungkinan
pemanfaatan video ini dilakukan dalam bentuk kelompok belajar.
Karakteristik Media Kaset Video/Video Disc
Kehadiran video dan alat pemutar kaset video atau video disc memberikan warna dan
dimensi baru dalam pemanfaatan program televisi pendidikan. Hal ini
tentunya mempunyai dampak secara langsung pada pemanfaatan teknologi
dalam SPJJ. Munculnya teknologi ini membantu
institusipenyelenggara SPJJ untuk tidak bergantung secara penuh kepada
media televisi. Kemampuan video kaset/disc dan televisi dalam menyajikan
bahan ajar, pada umumnya sama. Perbedaan yang jelas di antara keduanya
adalah penggunaanvido kaset/disc bersifat personal dan tidak perlu
terjadwal, sementara media TV merupakan media massa dan pengunaannya
terjadwal.
Kaset Video vs Video Disc
Pada
dasarnya, video discs atau dikenal dengan sebutan VCD ini memiliki
fungsi yang sama dengan media audio klaset, yaitu sebagai penyampaian
materi ajar. Perbedaan mendasar di antara keduanya terletak pada format
fisiknya:
· Kaset video terbuat dari pita kaset, sementara video disc terbuat dari bahan perak yang berkilat.
· Bila
ditinjau dari ukuran dan kualitasnya, maka video kaset memiliki ragam
yang cukup banyak, yaitu : U-matic memiliki kelebaran pita ¾ inci dengan
kualitas broadcast; VHS memiliki kelebaran pita ½ inci dengan kualitas
non-broadcast, Hi-8 memiliki kelebaran pita ¼ inci dengan kualitas
rendah. Sementar ukuran dari video disc berdiameter 12 inci.
· Perbandingan
kualitas antara kaset video dengan video disc cukup signifikan;
videodisc memiliki resolusi sejumlah 350 garis, sementara kaset video
hanya 240 garis. Dengan resolusi sebesar 350 garis, maka videodisc
dikategorikan memiliki kualitas High Definition television (HDTV),
yang artinya memiliki gambar-gambar yang disajikan kualitasnya lebih
baik dan setaraf dengan kualitas gambar pada film 16 mm. Keunggulan lain
dari videodisc dibandingkan dengan kaset video terlihat dari kualiltas audionya yang memiliki perbedaan cukup signifikan.
· Perbedaan lain antara videodisc dan video kaset dalam pemanfaatannya di dunia pendidikan adalah adanya kemampuan videodisc untuk menampilkan gambar secara frame by frame dan memiliki dua track suara
Untuk
memperoleh pemahaman yang baik tentang pemanfaatan video kaset/disc
dalam SPJJ, perlu diketahui tidak saja keunggulannya, tetapi juga
keterbatasannya yang tentunya menggambarkan karakteristik media video
kaset/disc secara menyeluruh.
Keunggulan:
- Mampu menyampaikan materi belajar dalam bentuk audio, visual, dan gerak. Kemampuan ini pada dasarnya sama persis dengan media televisi.
- Pemanfaatan video kaset/disc tidak bergantung pada jadwal tertentu.
- Materi yang disajikan dalam program video dapat diintegrasikan dengan bahan ajar dalam bentuk lain, media cetak misalnya.
- Kendali
terdapat pada peserta didik. Peserta didik dapat memulai, mengulang,
dan menyelesaikan programnya sesuai dengan kebutuhan mereka.
- Durasi
program video kaset/disc fleksibel. Panjang pendeknya program tidak
ditentukan oleh durasi tertentu seperti halnya program yang ditayangkan
melalui media televisi, melainkan dengan materi dan tujuan program.
Keterbatasan :
- Diperlukan alat pemutar kaset video/video disc, video cassette/disc player yang harganya tidak murah.
- Biaya
pengganti kaset video relatif lebih mahal dibandingkan dengan kaset
audio dan video disc lebih mahal dari kaset video. Untuk mata
ajaran/mata kuliah yang hanya diikuti peserta didik dengan jumlah
terbatas, kompensasi pengganti biaya kaset video ataupun video disc menjadi lebih mahal.
Keunggulan
yang melekat pada media kaset video/video disc ini memberikan banyak
keleluasaan dalam merancang proses pengajaran dan pembelajaran dalam
SPJJ. Sejauh mana media kaset video/video disc ini dapat berperan dalam pembelajaran jarak jauh, merupakan hal menarik untuk dibahas.
Pemanfaatan Media Kaset Video dalam SPJJ
Penggunaan
kaset/disc video dalam SPJJ sangat membantu peserta didik yang tidak
sempat menyaksikan tayangan program melalui media televisi. Selain itu,
memberi kesempatan kepada peserta didik yang ingin mempelajari
materi-materi dalam program secara lebih mendalam dengan kecepatan
belajar mereka masing-masing. Sementara cara penggunaan kaset video yang
kedua adalah merancang secara khusus bahan ajar yang akan disampaikan
dalam video kaset/videodisc. Cara kedua ini umumnya dapat lebih mengenai
sasaran atau tujuan pembelajaran, karena perancang program tidak perlu
terikat pada durasi program yang biasanya disyaratkan bila ditayangkan
melalui media televisi serta dapat memberikan instruksi atau arahan
dalam mempelajari bahan ajar. Denagan memprhatikan karakteristik media
kaset video serta karakteristik SPJJ, media ini mampu berperan banyak
dalam meningkatkan kualitas proses belajar mengajar dengan menggunakan
SPJJ. Secara spesifik, peranan media kaset/disc video dalam proses
pengajaran dan pembelajaran si SPJJ dapat diidentifikasi sebagai
berikut:
- Materi
yang disampaikan melalui media cetak yang memiliki keterbatasan dalam
menyajikan visualisasi dan gerak akan terbantu dengan kehadiran kaset
video/videodisc. Materi yang tidak dapat dituangkan dalam media cetak
karena memerlukan banyak visualisasi atau bahkan gerkan dapat
disampaikan melalui kaset video/videodisc.
- Karakteristik
lain dari media kaset video yang sangat menunjang proses pengajaran dan
pembelajaran dalam SPJJ adalah kendali menggunakan media ini sepenuhnya
berada di tangan peserta didik. Peserta didik dapat menghidupkan,
mematikan, mengulang, istirahat sejenak sesuai dengan
keinginan/kemampuan mereka atau sesuai dengan rancangan program. Peserta
didik dapat memilih sekehendak hati mereka bagian mana yang akan mereka
pelajari lebih seksama atau bagian mana yang dapat mereka acuhkan.
Selain itu, peserta didik dapat mengikuti arahan yang diberikan oleh
program video untuk melakukan suatu kegiatan. Kehadiran media kaset
video sebagai bagian yang terintegrasi dengan media cetak, dapat
dimunculkan untuk memberikan penjelasan yang bersifat gerak dan visual.
Kemampuan media kaset video untuk digunakan secara terkait atau
terintegrasi dengan bahan ajar lain sangat membantu pemahaman peserta
didik dalam mempelajari suatu materi. Kemampuan kaset video dalam
menghadirkan interaksi jauh lebih baik dari pada media televisi,
walaupun dalam tingkat rendah. Kemampuan berinteraksi ini sangat
berperan dalam peningkatan kualitas proses belajar peserta didik.
- Proses pengajaran dan pembelajaran lain yang dapat didukung oleh kehadiran media kaset video dalam SPJJ adalah adanya kesempatan
untuk menyaksikan program video secara berkelompok. Program kaset video
dapat didesain dalam beberapa cuplikan/fragmen pendek untuk menjadi
bahan diskusi kelompok. Diskusi kelompok yang membahas materi
yang disampaikan dalam program video akan bermanfaat bagi peserta didik
untuk dapat merefleksikan pengalaman ataupun opini mereka terhadap
materi terkait.
3) Komputer
Jenis
media lain yang dikategorikan sebagai media personal adalah media
berbasis komputer. Komputer hingga saat ini merupakan satu-satunya media
yang memiliki teknologi yang berkemampuan interaktif.
Dewasa ini komputer tidak lagi merupakan konsumsi bagi mereka yang
bergerak dalam dunia bisnis dan usaha, tetapi telah dimanfaatkan secara
luas oleh dunia pendidikan.
Karakteristik
Kebutuhan
akan kehadiran media komputer dalam dunia pendidikan ini sangat terasa,
terutama oleh institusi yang menerapkan SPJJ. Hal ini disebabkan oleh
karakteristik media komputer, antara lain:
· Memungkinkan terjadinya interaksi antara peserta didik dan materi pembelajaran,
· Memungkinkan terjadi proses belajar mandiri sesuai dengan kemampuan belajar peserta didik,
· Mampu menampilkan unsur audio visual,
· Dapat memberikan umpan balik,
· Menciptakan proses belajar berkesinambungan.
Karakteristik
media berbasis komputer ini sangat potensial untuk dimanfaatkan sebagi
media pembelajaran dalam SPJJ. Potensi yang sulit diperoleh melalui
media lain dapat terakomodasi .
Bentuk penyajian
salah satu pemakaian TEKNOLOGI :
Majunya teknologi sekarang sudah menjadi bagian dari pendidikan di
sekolah, dan salah satunya adalah pemakaian LCD dalam kegiatan
belajar...
Dalam proses belajar, pemakaian LCD bukanlah segalanya dalam menarik
minat dan ketertarikan seorang siswa dalam belajar di kelas...LCD
bukanlah alat yang digunakan untuk memindahkan isi buku ke layar...
Siswa akan tertarik untuk belajar jika teknologi tersebut disertai
dengan cara mengajar yang menarik, tidak membosankan dan yang terpenting
tetap tertuju pada materi yang ingin disampaikan walaupun dengan cara
yang berbeda dari membaca buku selama 2 jam penuh... sebagai contoh
nyata, di sekolah saya hal tersebut sudah terbukti...
Suatu hari di kelas saya, guru saya melakukan pembelajaran dengan
menggunakan LCD dan power point... Saya mulai menduga-duga apa yang akan
terjadi kemudian, dan benar saja dugaan saya bahwa suasana di kelas
akan terasa seperti tak ada kehidupan, kecuali suara kehidupan dari guru
saya yang sedang menjelaskan... masing-masing anak mencari kesibukannya
sendiri, bahkan sampai tertidur di balik buku pelajarannya...
contoh lainnya adalah ketika seorang guru yang lain menjelaskan materi
dengan disertai praktek secara langsung... dengan gaya mengajar yang
tidak kaku, diselingi dengan canda tawa, serta dengan penjelasan ayng
tidak membosankan... tidak satupun murid yang mencari kesibukan sendiri,
apalagi tertidur..!! semua konsentrasi anak tertuju pada penjelasan
dari guru dan tidak terasa 2 jam pelajaran telah berlalu...
dengan 2 contoh diatas, dapat kita sadari bahwa yang terpenting
bukanlah peralatan dan perlengkapan mengajarnya, tapi bagaimana kualitas
seorang guru dalam mengajar...